Selasa, 29 Juli 2014

Makna Idul Fitri

MEMAKNAI KEMBALI IDUL FITRI
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلإِعْتِصَامِ بِحَبْلِهِ الْمُبِيْنِ، وَنَهَىنَا عَنِ التَّفَرُّقِ وَالتَّبَاغُضِ وَالتَّحَاسُدِ وَالتَّذَابُرِ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ ءَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ. فَياَعِبَادَ اللهِ أَُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي َ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ.
Hadirin sidang Jum'at yang berbahagia
Pada kesempatan yang mulia ini, perkenankanlah saya mengajak kepada din' saya sendiri dan kepada hadirin sidang jum'at untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Kita yakin bila kita benar-benar bertaqwa kita akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat amin...
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan khutbah dengan judul "MEMAKNAI KEMBALI IDUL FITRI"
Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT
Akhir-akhir ini kita merasakan nuansa Idul Fitri semakin kehilangan dimensi spirituallitasnya. Perayaan Idul Fitri seolah hanya rutinitas kosong setelah umat Islam selesai menjalankan ibadah puasa sebulan lamanya di bulan suci Romadlon.
Pertanyaan nya mengapa hal itu dapat terjadi ?
Jangan-jangan di antara umat Islam tidak lagi memahami makna Idul Fitri. Idu1 Fitri secara harfiah berarti kembali kepada fitrah yang merupakan sifat dari kodrat manusia yang senantiasa mempunyai kecenderungan kepada kebenaran dan ketauhidan. Apabila Fitrah ini terpelihara niscaya manusia akan terhindar dari tindakan-tindakan yang menyimpang dan merugikan.
Sebulan lamanya setiap tahun di bulan Ramadhan umat Islam dididik Allah SWT untuk berpuasa, belajar menahan diri dari godaan nafsu sebagaimana umat-umat terdahulu, sehingga akan menjadi manusia bertaqwa, manusia yang senantiasa terpelihara kesucian fitrahnya.
يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَآمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (البقرة:183)
Artinya: Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana orang-orang, sebelum kamu supaya kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqoroh 183).
Jamaah jum’ah yang mulia
Berkaitan dengan hal tersebut masyarakat muslim Indonesia dalam rangka mengekspresikan hari kemenangan itu dengan merayakan dan mentradisikan Idul Fitri dengan meriah. Suara takbir, tahmid dan tahlil sontak membahana di seluruh pelosok negeri. Pekik suara nan merdu bersaut-sautan seolah memecah keheningan clan kesunyian cakrawala di akhir bulan Suci Bulan Ramadhan. Hati siapapun terasa tentram dan damai manakala meresapi dan menghayati maknanya.
Jamah Jum'ah rohimakumullah.
Sungguh kita pantas bersyukur bahwa tradisi Idul Fitri sudah menjadi bagian dari budaya bangsa. Sehingga dari segi istilah pun telah mengalami penyesuaian dengan budaya Indonesia. Ada yang menyebut hari Lebaran, sebagian orang jawa menyebut bodho.
Apapun istilah dan ungkapan tentang Idul Fitri pastilah tidak akan lepas dan tidak boleh lepas dari kerangka hakekat makna Idul Fitri itu sendiri. Kita sama-sama merasakan suka cita dan gembira yang tiada tara manakala Idul Fitri tiba. Walaupun di saat yang sama kitapun sedih duka lara karena harus berpisah dengan Bulan Suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Kita tidak tahu pasti apakah kita akan berjumpa Bulan Suci Ramadhan di tahun yang akan datang.
Hadirin yang berbahagia.
Di saat lebaran itu dapat kita manfaatkan untuk ber-silaturahmi dengan sanak keluarga. Antara pejabat dan rakyatnya, antara yang kaya dan fakir miskin, kita saling berkunjung. Kita saling memaaf-maafkan. Kita sampaikan benih-benih cinta antar sesama, kita bagi-bagikan zakat fitrah kepada yang berhak menerimanya. Kita jinakkan iri hati, dengki dan benci. kita musnahkan virus-virus angkara murka, kita tumbangkan pohon-pohon keangkuhan jiwa. Di hari yang Fitri kita rengkuh kedamaian di antara sesama. Kita rajut hari depan penuh rasa cinta, saling berbagi, saling menyayangi menuju ridho ilahi yang maha suci.
Jamaah jum'ah yang berbahagia.
Sekalipun silaturahmi kita dapat lakukan kapanpun waktunya, namun momentum Idul Fitri tetap mempunyai daya tarik tersendiri untuk kita jadikan media berbagi rasa. Rasulullah pernah bersabda melalui dialognya dengan sahabat dekat beliau dari kaum Ansor :
يَا أَبَا أَيُّوْبَ، أَلآَ أًدُلُّكَ عَلَى عَمَلٍ يَرْضَاهُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ؟ صِلْ بَيْنَ النَّاسِ إِذَا تَبَاغَضُوْا وَقَرِّبْ بيَْنَهُمْ إِذَا تَبَاعَدُوْا (الحديث)
Artinya: “Hai Abu Ayub maukah aku tunjukkan engkau kepadamu suatu perbuatan yang akan diridhoi Allah dan Rasulnya ? yaitu jalinlah silaturrahmi kepada manusia bila mereka saling membenci dan dekatlah diantara mereka bila mereka saling menjauhi”.
Hadirin yang berbahagia.
Disisi lain tidak kita pungkiri tradisi Idul Fitri pelan-pelan telah banyak mengalami pergeseran makna. Jiwa religiusitas atau jiwa keagamaan yang semestinya menjadi roh perayaan hari lebaran telah berubah menjadi pesta hura-hura dan berfoya-foya. Acara-acara yang beraroma maksiat, mabuk-mabukan, pesta musik dangdut sampai pagi dan lain sebagainya telah menjerumuskan jiwa yang Fitri nan suci di dalam kubangan dosa. Na’udhubillahimindhalik. “Rasulullah mengingatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Wahab bin Munabbid sebagai berikut:
عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهِ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ إِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةَ يُصْبِحُ فِي كُلِّ يَوْمِ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُهُ عِنْدَهُ، فَيَقُوْلُوْنَ: يَا سَيِّدَنَا مَنْ أَغْضَبَكَ إِنَّا نَُكَسِّرُهُ: فَيَقُوْلُ لاَ شَيْئَ. وَلَكِنَّ اللهَ قَدْ غَفَرَ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ فِيْ هَذَالْيَوْمِ، فَعَلَيْكُمْ أَنْ تُشْغِلُوْهُمْ بِاللَّذَاتِ وَالشَّهَوَاتِ وَشَرْبِ الْخَمْرِ حَتَّى يُبْغِضُهُمُ اللهُ (الحديث)
Artinya : Rasulallah bersabda : sesunggulmya Iblis laknatullah tiap –tiap hari raya menjerit kemudian teman-temannya berkumpul dan sama bertanya wahai pemimpin kita, siapakah yang menjadikan engkau begitu murka kami pasti akan menghancurkannya. Iblis menjawab : tidak siapa-siapa akan tetapi Allah telah mengampuni umat Muhammad di Hari Raya ini. Maka wajib bagi kamu menyibukkan mereka untuk menikmati kesenangan-kesenangan dan menuruti syahwat nafsu, minum-minuman keras sehingga Allah akan murka kepada mereka (Al-Hadits).
Hadirin yang dirahmati Allah
Agar makna Idul Fitri tidak lepas dari dimensi spiritualitasnya atau dimensi keagamaannya kita mestinya merayakan Idul Fitri dengan cara-cara yang Islami. Minimal dapat kita kurangi acara-acara hura-hura yang banyak menghambur-hamburkan harta. Disaat-saat kita bersuka cita berlebaran bersama keluarga dan orang-orang tercinta kitapun tetap ingat penderitaan sebagian saudara-saudara kita yang mengalami musibah bencana. Kita peduli kepada mereka, kita do' akan semoga mereka tabah dan sabar dalam mengarungi kehidupan yang penuh derita. Kita sisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk meringankan beban penderitaan mereka.
Di Hari yang Fitri ini kita rajut kembali hidup damai. Damai dengan ilahi, damai bersama umat manusia, dan damai bersama alam sekitar. Kita berikrar dan berjanji untuk tidak lagi mengusik dan merusak alam sekitar. Kita biarkan hutan tumbuh lebat disekitar kita, kita biarkan pohon nyiur melambai-lambai di tepi pantai, kita biarkan binatang buas hidup berkeliaran di belantara rimba raya, kita biarkan debur ombak di samudra yang sedang bercengkrama manja dengan biota lautnya. Janganlah kita hancurkan masa depan anak cucu kita dengan merusak alam.
Allah berfirman :
....وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ (القصص: 77)
Artinya: Janganlah kamu membuat kerusakan di bumi sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qoshos: 77).
Demikianlah khotbah yang dapat kami sampaikan semoga dengan memahami makna hakikat Idul Fitri ini jiwa kita semakin suci dan Fitri dan pada akhirnya kita dapat bersemayam di dalam buaian ridho Illahi Robbi Allah SWT. Amiin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلآَمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَّبِّ ا
Sumber : Doni Abdul Ghani